INFO INDONESIA. BALI - Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi semester kedua tahun ini akan melandai. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut tingkat inflasi setelah September akan turun di bawah 4 persen.
Dia memperkirakan inflasi berada di kisaran 3 persen. Sementara Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di 3,5 persen pada semester kedua.
Perry menjelaskan tingkat inflasi akan melandai pada September, karena tahun lalu peningkatan terjadi di bulan yang sama. Tepatnya pascapemerintah menaikkan harga BBM.
“Karena efek dasar penyesuaian harga BBM tahun lalu,” kata Perry dalam pertemuan menteri keuangan dan bank sentral negara-negara Asia Tenggara di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis (30/3/2023).
Baca Juga: Memperkuat Posisi ASEAN dalam Pertumbuhan Ekonomi Global
Perry menjelaskan dunia saat ini masih menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Apalagi saat ini krisis sedang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pulihnya ekonomi di China pun tidak mampu membuat kondisi menjadi lebih baik.
“Kami sedang menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang terjadi di Eropa, di AS, berkat China pulih. Tetapi tetap saja inilah yang kami lihat,” tuturnya.
Hal ini yang kata Perry membuat tingkat inflasi dalam waktu beberapa tahun ke depan masih akan terus tinggi. Meskipun saat ini di dalam negeri trennya melandai, namun tetap saja berada di level yang tinggi.
“Inflasi masih tinggi meski sudah menurun. Mungkin tahun depan kita akan kembali ke inflasi jangka panjang,” kata dia.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Indonesia secara tahunan pada Januari 2023 tercatat 5,28 persen. Sementara itu, tingkat inflasi di Februari sebesar 5,47 persen.
Baca Juga: Pemerintah Daerah Kurang Kreatif Sampai Mendagri Harus Beri Pesan Khusus Atasi Inflasi
Dalam hampir 3 tahun terakhir, pandemi Covid-19 menimbulkan guncangan bagi perekomonian global, karena banyak negara yang memberlakukan lockdown hingga memperlambat aktivitas ekonomi. Meski dunia sudah melalui pandemi, khususnya Indonesia yang berhasil menyelamatkan ekonominya, risiko pada perekomonian belum memudar.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, lonjakan inflasi di sejumlah negara maju kini menjadi risiko terbesar bagi ekonomi global.
"Saat kita berada di tahun 2022 Kita tahu bahwa dunia sedang berubah. Bukan lagi pandemi sebagai risiko terbesar, inflasi menjadi risiko terbesar secara global," kata Sri Mulyani.
Artikel Terkait
Maskapai Mulai Nakal, Naikkan Harga Tiket Pesawat Mudik Lebaran 2023
THR Harus Dibayar Penuh H-7 Lebaran 2023
THR dan Gaji ke-13 Diharapkan Geliatkan Ekonomi Masyarakat