INFO INDONESIA. JAKARTA - Pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 oleh FIFA mendapatkan sorotan dari banyak tokoh nasional, termasuk Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Fadli Zon.
"Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada hari Rabu kemarin, 29 Maret 2023, secara resmi telah mengumumkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Dalam keterangan tertulisnya, FIFA menyebutkan pembatalan ini dikarenakan 'situasi terkini' di dalam negeri Indonesia," kata Fadli Zon dalam unggahannya di akun Instagram pribadinya @fadlizon, Kamis (30/3/2023).
Menurut Fadli Zon, situasi terkini yang dimaksud FIFA tak jelas dan terkesan menutupi apa yang dimaksudnya. Namun, salah satu situasi terkini bisa saja soal ramainya penolakan berbagai kalangan atas rencana kedatangan Timnas Israel ke Indonesia.
Fadli Zon mengatakan, sebagai organisasi sepak bola sejagat, FIFA mestinya bisa mengakomodasi kepentingan semua negara. Termasuk memahami bahwa bagi sejumlah negara, terutama sebagian negara Muslim, Israel bukan sekadar isu olahraga, melainkan merupakan isu politik dan kemanusiaan yang serius.
"Sehingga, tak seharusnya FIFA menempatkan atau memaksakan aturannya pada posisi lebih tinggi daripada aturan hukum, bahkan konstitusi sebuah negara," ujar mantan Wakil Ketua DPR 2014-2019 itu.
"Membela kepentingan Israel, sembari mengabaikan aspirasi negara-negara lain yang punya garis politik tegas terhadap Israel, membuat FIFA punya standar ganda dalam politik sepak bola," imbuhnya.
Sayangnya, kata Fadli Zon, selama ini FIFA memang telah menerapkan standar ganda dalam politik sepak bola. Setidaknya, ada dua alasan dari Fadli Zon menganggap FIFA menerapkan standar ganda.
Pertama, FIFA tak konsisten dengan larangan politisasi sepak bola. Ketika FIFA dan UEFA menjatuhkan sanksi pelarangan terhadap tim nasional serta klub Rusia untuk berpartisipasi dalam semua kompetisi di bawah FIFA dan UEFA, serta melarang klub dan timnas Belarusia untuk melakukan pertandingan di kandang sendiri sebagai sanksi atas dukungan mereka terhadap Rusia dalam perang Ukraina.
"Apakah itu bukan pelarangan yang bersifat politik?" kata Fadli Zon.
Fadli juga mencontohkan ketika FIFA berteriak nyaring atas serangan Rusia terhadap Ukraina, namun menutup mata terhadap penjajahan serta politik apartheid yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina.
"Apakah pilihan sikap itu tidak bersifat politis? Jadi, sejak kapan sepak bola dipisahkan dari politik? FIFA jelas berpolitik dan politik tebang pilih FIFA sangat nyata," tegasnya.
Suka atau tidak suka, kata Fadli, sepak bola sebenarnya tidak pernah bisa dipisahkan dari soal politik. Olahraga ini yang bisa menghimpun jutaan massa dan miliaran penonton, memang bisa jadi panggung politik strategis.
Artikel Terkait
Politisasi Pupuskan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Lobi Erick Thohir Gagal, Piala Dunia U20 2023 Batal Digelar di Indonesia
Dua Negara Ini Adu Pengaruh Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20 2023 Gantikan Indonesia