INFO INDONESIA. JAKARTA - Di ahir 2022, bersamaan dengan event G20 dan R20, dihelat sebuah even international, Annual Forum on Religion and Sustainable Development di Bali oleh International Partnership on Religion and Development (PaRD), sebuah lembaga kemitraan Internasional yang bergerak di bidang agama dan percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Tema utama perhelatan tersebut adalah Climate Crisis affects us all. Only together, in cooperation with religious, faith and indigenous actors, can we confront it.
Even ini membahas salah satu tujuan SDGs (tujuan ke 13, climate action) dan mengajak partisipasi tokoh agama dalam pencapaian tujuan tersebut. Hadir 160 peserta dari 35 negara, tujuh agama (Buddha, Hindu, Kristen, Islam, Yahudi, Sikh, dan agama lokal).
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendapat kehormatan menjadi pembicara kunci. Gus Menteri menekankan the need to involve religious, faith and indigenous actors to achieve sustainable development Goals and protect the climate.
Religion is a universal source of good. It is needed to solve the global challenges we are facing adalah di antara poin yang beliau sampaikan.
Saya juga mendapat kehormatan menjadi salah seorang narasumber. Saya diminta bicara tentang peran tokoh agama dalam percepatan pencapaian SDGs (The Role of Religious Leaders in Accelerating the Achievement of SDGs, Indonesian perspective).
Para peserta dari berbagai latar belakang menunjukkan antusiasme, kekompakan, dan komitmen mereka untuk bersama-sama menghadapi global climate crisis dengan mengajak bersama-sama tokoh agama.
Walaupun, apa yang menyatukan mereka adalah apa yang juga sering memisahkan mereka di mata banyak orang, yakni agama, keyakinan, kepercayaan, spiritualitas. Aksi mereka mengirim pesan yang sangat kuat, we are united in diversity and we are stronger together.
Di antara poin yang saya sampaikan adalah tujuan syariah ditetapkan (maqasid as syariah) untuk mewujudkan kemaslahatan, in line dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB dan menjadi komitmen kolektif seluruh anggotanya, termasuk Indonesia, untuk mewujudkannya dengan membangun kemitraan global baik negara maju maupun negara berkembang.
Kualitas kehidupan beragama akan tercapai jika tujuan SDGs ini terwujud. Oleh karena itu, umat beragama harus bersinergi, berkolaborasi untuk mempercepat pencapaiannya. Untuk konteks Indonesia, pelibatan tokoh agama atau aktor-aktor agama menjadi sangat penting.
Sebab, di samping Indonesia negara yang religius, tokoh agama mendapat kepercayaan publik yang sangat tinggi. Menyampaikan sebuah pesan dengan menggunakan bahasa agama dalam banyak kasus terbukti lebih efektif.
Ada 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, yakni No Poverty; Zero Hunger; Good Health and Well Bing; Quality Education; Gender Equality; Clean Water and Sanitation; Affordable Clean Energy; Decent Work and Economic Growth; Industry, Innovation and Infrastructure; Reduced Inequalities; Sustainable Cities and Communities; Responsible Consumption and Production; Climate Action; Life Below Water; Life on Land; Peace, Justice and Strong Institutions; dan Partnerships for the Goals.
Meski agama tidak secara eksplisit disebutkan dalam 17 tujuan SDGs, umat beragama harus mendukung dan berperan aktif melakukan sesuatu untuk mewujudkannya.
Sebab, isu-isu tentang kesejahteraan sosial, ekonomi, pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesehatan, ketahanan keluarga, kesetaraan, perdamaian dan lain-lain yang menjadi isu utama SDGs adalah isu-isu yang menjadi perjuangan bersama oleh umat beragama dan bahkan juga menjadi tujuan pembangunan nasional.