INFO INDONESIA. JAKARTA - Analis Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyebut bagi amplop berlogo PDIP kepada jemaah di masjid Sumenep sebagai hal yang lucu.
Hal itu lantaran bagi amplop berlogo PDIP tersebut dikatakan sebagai zakat mal.
"Kan lucu zakat mal itu kalau kita bicara rasionalitas, yang umum saja dibagikannya tanpa menggunakan amplop logo partai," kata Ujang Komarudin kepada wartawan, Selasa (28/3/2023).
Ujang Komarudin menjelaskan, waktu yang pas untuk membagikan zakat mal adalah beberapa waktu jelang akhir Ramadhan.
"Zakat mal masih terlalu jauh, terlalu dini, biasanya dilakukan bukan di awal Ramadhan, tetapi di akhir ya, sebenarnya seminggu menjelang Idulfitri," ujar Ujang Komarudin.
Meski zakat mal bisa saja dikeluarkan kapan pun ketika persyaratan untuk membayar zakatnya sudah terpenuhi. Akan tetapi, amplop kemasan zakat mal itu semestinya tidak dengan menampilkan logo partai, serta tidak membagikannya di masjid ketika para jemaah tengah melakukan ibadah salat tarawih.
"Juga tidak dibagikannya ketika sedang (melaksanakan) tarawih, itu kan tidak sopan, zakat mal juga kan kriterianya harus jelas diberikannya kepada siapa yang membutuhkan lah, fakir miskin (misalnya), ini kan orang tarawih, orang umum di situ yg berkumpul," tegasnya.
Untuk itu, Ujang Komarudin melihat bahwa argumen yang dibangun oleh Ketua DPD PDIP, Said Abdullah hanya sebatas pembelaan yang hendak mengaburkan permasalahan.
"Hak mereka membela itu, tetapi rakyat kan sudah cerdas, sudah paham gitu arahanya ke mana yang intinya batasan-batasan zakat mal itu sangat jelas enggak kabur," katanya.
Oleh sebab itu, Ujang Komarudin berharap agar tidak lagi ada yang menggunakan logo partai dalam bersedekah, terlebih dibagikan pada saat salat tarawih.
Lebih lanjut, Ujang Komarudin mengimbau agar zakat tersebut tidak dibagikan kepada orang yang mampu.
"Juga harus dicari dong orang yang fakir miskin, yang berhak dapat zakat. Saya sih melihatnya politisi harus hati-hati kalau mau berzakat, jangan menggunakan logo partai segala," tutur Ujang Komarudin.