INFO INDONESIA. JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menegaskan pihaknya tidak akan ikut campur perihal pencalonan bakal calon wakil presiden (cawapres) yang berasal dari NU.
Gus Yahya mengatakan, PBNU hanya akan menerima usulan bakal cawapres yang diajukan oleh partai dengan melihat program-program yang ditawarkan.
"Silakan, itu bukan urusan kami. Itu urusannya partai-partai. Silakan, mau pilih siapa saja silakan," kata Gus Yahya di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Gus Yahya juga membantah adanya isu mengenai salah satu partai politik yang sudah melakukan sowan, baik ke kediamannya maupun Kantor Pusat PBNU.
Meski begitu, Gus Yahya juga tidak melarang adanya anggota NU yang akan maju menjadi bakal cawapres.
Gus Yahya juga menegaskan siapapun yang ikut berpolitik tidak boleh menggunakan nama NU.
"Siapapun itu, walaupun orang NU ndak boleh menggunakan identitas NU sebagai modal politik," tegas Gus Yahya.
Gus Yahya menyatakan, siapapun anggota NU yang berkompetisi di kancah pemilu harus memiliki kredibilitas, prestasi, dan daya tawar sendiri, serta bukan hanya mengandalkan nama NU.
Baca Juga: Elektabilitas Capai 26,9 Persen, Prabowo Subianto Tokoh Paling Layak Gantikan Presiden Jokowi
Dia mengatakan pihaknya akan selalu mengupayakan politik yang bermoral dan tidak akan mengandalkan politik identitas yang hanya menyandarkan penggalangan dukungan berdasarkan identitas tertentu.
"Politik identitas ini adalah politik yang mengedepankan identitas kelompok-kelompok primer. Ini bisa berbahaya bagi integritas masyarakat," ujarnya.
Gus Yahya menyebut politik identitas dapat berbahaya bagi masyarakat karena akan mendorong adanya perpecahan di dalam masyarakat.
Gus Yahya menyebut dirinya tidak menginginkan dengan apa yang disebut sebagai politik Islam atau bahkan politik yang menggunakan identitas NU.